Seminar Forum Literasi Kebangsaan yang kali ini mengangkat tema "Penguatan Nasionalisme Pelajar dan Mahasiswa di Kabupaten Sumbawa Barat" merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat dosen Fisip Universitas Brawijaya yang bekerja sama dengan Research and Innovation Development (RID) Institute Sumbawa Barat.
Direktur Research and Innovation Development (RID) Institute Sumbawa Barat, Riska Donny Agung Saputra, S. Pd., M. Pd selaku narasumber dalam seminar Forum Literasi Kebangsaan memaparkan terkait dengan bahaya Narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa di Indonesia khususnya Sumbawa Barat.
Jumlah pecandu narkoba di Indonesia terus meningkat pesat, dengan kelompok mayoritas penduduk usia produktif dan pelajar yang berusia antara 11 sampai 24 tahun. Dari waktu ke waktu rentang usia pecandu narkoba di Indonesia terus turun, menyentuh usia yang lebih rendah.
"Peningkatan ini menjadi peringatan bahwa upaya untuk penanganan masalah narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa tidak hanya dapat dilakukan secara masif saja, tapi juga harus lebih agresif karena ini sangat berefek pada keberlangsungan hidup bangsa", katanya.
Donny menambahkan, bahaya narkoba bagi mahasiswa dan pelajar juga dapat merugikan kehidupan sosial seperti masalah hubungan, buruknya performa akademis atau kerja, sulit menjaga kebersihan tubuh, penurunan berat badan ekstrim, meningkatnya perilaku agresif, dan hilangnya ketertarikan terhadap aktivitas menyenangkan.
"Cara yang harus dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan narkoba, baik oleh remaja dan mahasiswa yaitu, mencintai serta mensyukuri sebagai anugerah yang diberikan oleh yang kuasa, kenali diri dan kembangkan daya, minat, bakat, serta hobi dirimu dan kembangkanlah hal yang positif pada dirimu dan tinggalkan hal yang negatif pada diri," ujar Donny
Sementara itu, Dosen Prodi Ilmu Politik, Fisip, Universitas Brawijaya Malang, Johan Wahyudi, S. IP., M.A. menjelaskan terkait potret nasionalisme di kalangan generasi muda, dimana pelaku teror sebagaimana dikutip dari data BNPT Tahun 2017 mayoritas berasal dari kelompok anak muda.
"11,8 persen pelaku terorisme berusia dibawah 21 tahun dan 47,3 persen berada di rentang 21-30 tahun. Seperti contoh keterlibatan anak muda dalam aksi terorisme di Hotel JW Marriot tahun 2009, gedung Gereja Katolik di Medan tahun 2016, Malang tahun 2017, Markas Komando Brimob 2018, Cianjur 2018, Surabaya 2018 dan Sidoarjo 2018," ungkapnya.
Dilanjutkanya, belum lagi maraknya konflik sosial berbasis ras seperti kasus Poso, Ambon, Aceh, hingga Papua. Ini terjadi karena kemunculan beragam ideologi yang berseberangan dengan ideologi negara.
"Hal itu terjadi sedikit banyak lantaran dipicu munculnya narasi primordialisme dan sentimen berbasis isu sara yang berkembang di masyarakat pada saat Pilpres dua periode terakhir, serta penggunaan narasi identitas sebagai strategi politik untuk kepentingan kekuasaan," beber Johan sapaan akrab dosen muda yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jurusan Politik, Pemerintahan dan Hubungan Internasional (PPHI), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Brawijaya, Malang, Periode 2021-2025.
Memudarnya nasionalisme akan mengancam keutuhan bangsa. Oleh karena itu, generasi muda perlu terus menerus menumbuhkan sikap rasa cinta terhadap bangsa dan negara. "Memperkuat pendidikan karakter di tiap-tiap jenjang pendidikan dan memperbanyak ruang-ruang perjumpaan interaktif antar identitas berbeda di ruang publik merupakan beberapa upaya yang perlu dilakukan," tandas Johan Wahyudi.
Untuk diketahui, ikut hadir dalam seminar tersebut, Dosen Prodi Ilmu Politik, FISIP, Universitas Brawijaya Malang, Direktur Research and Innovation Development (RID) Institute Sumbawa Barat, Ketua LRP2M Universitas Cordova, Ketua BEM, DPM dan mahasiswa Universitas Cordova, perwakilan pelajar, media online, serta masyarakat umum.