Sumbawa Barat – Sebanyak 4.850 karyawan lokal asal Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) saat ini tengah kwatir akan nasib mereka yang terancam menjadi pengangguran bekerja di PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (PT. Amman Mineral) dan Subkontraktornya jika perusahaan tersebut ditutup.
Hal ini terkait dengan aksi yang dilakukan Aliansi Masyarakat Anti Mafia Tambang (Amanat) di Sumbawa Barat dan Jakarta dalam beberapa bulan terakhir dengan tutuntan operasional PT. Amman Mineral ditutup karena diduga melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).
Kepada media, Fauzi selaku salah satu karyawan lokal KSB yang saat ini tengah bekerja di salah satu subkontraktor PT. Amman Mineral tidak sepakat dengan tuntutan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang meminta operasional perusahaan tambang Batu Hijau tersebut ditutup.
“Saya heran pak, apakah para LSM ini tidak perduli terhadap kami karyawan lokal ini. Kami bekerja untuk menafkahi keluarga disini, tapi mereka justrus menginginkan tambang ini di tutup. Aneh kan, jadi apa sih sebenarnya mau mereka ini pak,” tanya Fauzi, Kamis (29/12/2022).
Lanjut Fauzi mengatakan, bahwa dirinya berjuang keras agar bisa masuk ke salah satu subkontraktor PT. Amman Mineral tersebut, berbagai pelatihan keterampilan ia ikuti agar mendapatkan sertifikat keahlian sehingga bisa bekerja disana.
“Sebelum masuk ke sini saya secara mandiri mengikuti pelatihan-pelatihan, itu semua tidak murah dan gratis pak. Saya mengeluarkan biaya sendiri sehingga saya di terima bekerja di salah satu subkontraktornya PT. Amman Mineral ini,” kata Fauzi.
Ia menceritakan, bahwa setelah dirinya bekerja, dirinya langsung mengambil uang perbankan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya yang berkisar puluhan juta rupiah.
“Semisal tambang ini ditutup yah pak, otomatis saya jadi pengangguran dong, kalau udah nganggur bagaimana cara saya menafkahi keluarga. Emangnya mereka mau bertanggung jawab,” ujarnya.
Jadi, kata dia, para LSM itu sebenarnya mewakili siapa, Kami sebagai masyarakat lokal Kabupaten Sumbawa Barat yang sehari-hari bekerja dan mencari nafkah di Maluk sangat merasakan damapak positif dari keberadaan PT. Amman Mineral ini.
“Ada ribuan karyawan lokal yang bekerja disini pak, emangnya mereka senang yah melihat kami jadi pengangguran dan menjadi beban keluarga. Kami sudah susah-susah cari pekerjaan tapi para LSM itu malah menginginkan tambang ditutup, emangnya mereka mau bertanggung jawab menafkahi keluarga ribuan karyawan yang bekerja ini, tidak mungkinkan,” tegas Fauzi.
Dipemberitaan sebelumnya, Rizqi salah seorang karyawan menyayangkan pernyataan sejumlah LSM yang meminta operasional tambang Batu Hijau ditutup selama proses investigasi. Menurutnya, LSM yang berjuang membela hak rakyat itu tidak masalah, namun jangan mengorbankan ribuan karyawan karena ada banyak keluarga dibelakangnya. Sebab apapun yang mereka lakukan jangan sampai mengorbankan karyawan dengan wacana penutupan tambang sementara.
"Kami kira itu pernyataan keliru, jangan karena ada proses yang ingin dicapai mengorbankan ribuan karyawan yang berjuang demi keluarganya. Silahkan kalian tempuh jalur yang kalian anggap benar, kami dukung, tapi jangan sampai kami (karyawan_red) yang jadi korban akibat ide penutupan tambang ini," kata Rizqi kepada awak media, Senin (28/11).
Selain itu, dirinya menyayangkan akhir-akhir ini muncul pernyataan-pernyataan yang negatif terhadap keberadaan tambang. Persoalannya, apakah ada jaminan bagi pekerja jika tambang di tutup. "Ingat, dampak covid-19 baru saja kita lewati. Sementara, ekonomi di Maluk saat ini sudah berjalan normal," katanya.
"Coba liat sekarang, kalau jam sore sampai magrib jalanan sampai macet, itu artinya ekonomi di Maluk sudah berjalan normal. Jadi, aneh juga ya, kalau tambang minta ditutup," pungkasnya. (An).