Tradisi Hangat Usai Sholat Jum'at, Santri dan Guru Darullughah Walhikmah Nikmati Bakso Baba Rizki Bersama Abah Luken

Sumbawa Barat — Ada suasana berbeda setiap usai Sholat Jum'at di Pondok Pesantren Darullughah Walhikmah Taliwang. Bukan hanya lantunan zikir dan do'a yang menggema di masjid, tetapi juga tawa dan canda para santri yang menandai dimulainya rutinitas khas: makan bersama di warung Bakso Baba Rizki, Taliwang Dita. Tradisi ini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan para santri dan dewan guru.

Setiap pekan, usai menjalankan ibadah Sholat Jum'at, rombongan santri dan guru langsung berangkat menuju warung sederhana yang dikenal dengan cita rasa baksonya yang khas. Suasana kebersamaan terasa begitu kuat, seolah semangkuk bakso menjadi simbol kehangatan dan persaudaraan. Tak jarang, momen ini juga menjadi ajang silaturahmi yang mempererat hubungan antara santri dan para pengajar.

Menurut pimpinan Pondok Pesantren Darullughah Walhikmah, H. Lukman Baharun atau yang akrab disapa Abah Luken, kegiatan makan bersama ini bukan sekadar rutinitas kuliner, tetapi juga bentuk pendidikan sosial dan kebersamaan. “Kami ingin para santri belajar bahwa kebersamaan itu penting. Makan bersama adalah cara sederhana untuk mempererat hati dan menumbuhkan rasa syukur,” ujarnya dengan senyum khasnya, saat diwawancarai media usai sholat Jum’at (10/10/2025).

Abah Luken menambahkan bahwa tradisi ini sudah berlangsung cukup lama dan selalu dinanti oleh para santri setiap minggunya. “Setelah satu pekan penuh belajar, hari Jum'at menjadi waktu untuk menenangkan diri, beribadah, dan berbagi kebahagiaan. Dan Bakso Baba Rizki menjadi tempat yang cocok untuk itu,” tambahnya.

Bakso Baba Rizki sendiri dikenal luas di Taliwang karena kelezatan rasa dan kehangatan pelayanannya. Kuahnya gurih, baksonya empuk, dan disajikan dengan cita rasa khas yang membuat banyak pelanggan setia. “Setiap sendok kuahnya seperti mengobati lelah setelah sepekan beraktivitas,” ujar salah satu santri sambil tersenyum.

Tradisi makan bersama ini juga menjadi momen refleksi bagi para guru. Menurut menurut abah Luken, kegiatan sederhana seperti ini menciptakan hubungan yang lebih akrab antara guru dan santri. “Kita tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga berbagi tawa dan cerita di meja makan. Itulah yang membuat hubungan kami seperti keluarga,” katanya.

Bagi para santri, kegiatan ini adalah waktu yang paling dinanti. Bukan hanya karena bisa menikmati bakso yang lezat, tetapi juga karena bisa berkumpul santai dengan teman-teman dan para ustaz. “Kalau sudah hari Jum'at, semua semangat. Karena tahu, habis sholat kita akan makan bakso bareng Abah,” kata salah satu santri sambil tertawa kecil.

Abah Luken menilai bahwa menjaga kebersamaan di luar kegiatan belajar merupakan bagian penting dari pembentukan karakter santri. “Kita tidak hanya mencetak santri yang cerdas dalam ilmu agama, tapi juga yang hangat hatinya, tahu cara menghargai kebersamaan dan rasa syukur,” tuturnya.

Kebiasaan sederhana ini bahkan menjadi inspirasi bagi masyarakat sekitar. Tak sedikit warga yang kemudian ikut mampir ke Bakso Baba Rizki setiap usai Sholat Jum'at, sekadar ingin merasakan suasana akrab dan penuh kekeluargaan yang diciptakan oleh para santri. “Kita ingin agar setiap langkah santri membawa berkah, bahkan dalam hal sesederhana menikmati semangkuk bakso,” tutup Abah Luken.

Kini, tradisi Jum'at di Pondok Pesantren Darullughah Walhikmah bukan hanya tentang ibadah, tapi juga tentang kebersamaan dan kebahagiaan yang dibalut dalam aroma kuah bakso yang gurih. Sebuah tradisi sederhana, namun sarat makna—pengingat bahwa kebersamaan adalah nikmat yang patut selalu disyukuri. (Hen).